Pesta usai. Para tamu undangan dan penonton telah meninggalkan lokasi pesta. Kini giliranku dan Noy melaksanakan tugas, membongkar panggung yang habis digunakan untuk hiburan dangdut.
“Bro, itu kan Yaresaki, Biduan Seberang.” Kata Noy dengan mimik heran.
“Ngapain dia belum pulang. Sendirian lagi.” Imbuhnya lagi.
“Sepertinya ada yang dicari, lihat saja pandangannya terus tertuju kebawah. Atau dia sedang menunggu jemputan.” Sahutku.
Kami pun menghampirinya.
“lagi ngapain, nunggu jemputan, Mbak?” Tanyaku.
“Nggg… anu, Mas.” Jawabnya semu dan tanpa mengubah pandangannya yang sedari tadi menyisir kearah bawah.
Uangnya jatuh?” Tanya Noy.
Yaresaki menggeleng.
“Ketemu!!!” Tiba-tiba Yaresaki berteriak girang sambil memasang dua bola matanya.
—000OOO000—
Diikutsertakan dalam: #FF100Kata
Dialog udah di petik boleh pake huruf miring juga ya?
Oh gitu, maaf saya boleh berguru dengan guru anda juga? 🙂
By the way di petik atau dipetik? “Pake” dan “udah” dimaklumi.
“Miring juga ya?” Atau “Miring juga, ya?”
😀
(Aktif-pasif) dipetik krn bisa diubah mjd memetik. (Sederhananya bgitu) jgnlah dianggap menggurui, krn saya pun masih belajar, teruslah menulis.
Tapi aku seriusan pengen berguru. 😦
Carilah guru bahasa indonesia
Bhahaha berarti saya selama ini salah berguru. Sebab saya selama ini bergurunya dengan Guru bahasa Indonesia. *sedih lagi*
Terima kasih sudah mengingatkan saya. Saya akan perbaiki kedepannya.
Saya memang masih amatir. *sedih lagi sampai tersedu*
Waduh, sedikitpun saya tak pernah berniat
menggurui anda, saya pun sama2 sedang belajar,
cuma komentar, sekadar saling koreksi, Nah kok
malah di tantangin, “Bolehkah saya belajar pada
guru anda?” Ya kalau koreksi salah justru salah
tinggal bilang saja Mbak. Ah yasudahlah saya tak
lagi2 komen di blog situ. Takut sumpah :))
Nggak boleh ya ikutan belajar samar gurunya? *sedih*
Saya laki-laki, Mas. *tambah sedih dipanggil ‘Mbak’.