[Flash Fiction] GERIMIS PAGI

Segelas kopi hitam yang baru kuseduh langsung kuletakkan di atas meja. Noy, lelaki yang menikahiku dua minggu lalu itu tampak menikmati gerimis dari balik kaca jendela. Ini memang sudah menjadi rutinitasku setiap pagi.

“Diminum kopinya, Mas. Nanti keburu dingin.” Kataku. Noy hanya tersenyum.

Sejenak aku ikut larut menikmati rintik gerimis bersama Noy.

“Yaresaki, sudahlah. Noy sudah pergi untuk selamanya. Kamu tahu sendiri kan, seminggu yang lalu kita telah memakamkannya.” Kata ibu mertuaku sambil menepuk bahuku.

Aku kecewa, sebab setiap ada seseorang seperti ini pasti bayangan Noy menghilang. Tapi aku sedikit bahagia saat kulihat gelas kopi itu hanya meninggalkan ampas saja.

    —ooo000ooo—

Tihtian Asmoro,

Diikutsertakan dalam: #FF100Kata

*)Sumber gambar: delbinclyte.wordpress.com

Dikirim dari WordPress untuk BlackBerry.