Tangis yang pecah di pelupuk matamu
telah melukiskan kesedihanmu, di jantungku.
Barangkali inilah cinta. Bukan begitu, bukan!
Tepatnya: mencintai..
Kerut bibir merah jambu, ialah sepi
Saat duka bibir itu bukan untukku.
Tapi nyanyian tetap hanya nyanyian
Pun dengan aku
dan puisiku
Siapa kamu?
Membuatku rela menjilati tiap air mata
yang mengalir di pipimu
yang dijatuhkan bukan karena aku
Siapa? Siapa! Katakan padaku: untuk apa aku begini.
Bukan kecantikanmu sebab aku menujumu
Bukan sajak peneman sepimu yang kautulis sendiri
Bukan kisah cintamu yang masai
Bukan deru air matamu yang menggebu
Tapi merah bibir dan matamu
yang membuatku menyadari;
Berartinya kehidupan.
Siapa kamu?
Aku ingin kamu. Tapi,
siapa aku.
Demikian Dalam Suratnya, Batang Kuantan, 16 November 2013.
*)baca juga:
Dikirim dari WordPress untuk BlackBerry.