[PUISI] YANG DIHAPUS WAKTU

Kepergianmu, dari kehidupanku
Ialah bunyi dari sunyi-sunyi sebagai jawaban
atas nama kesalahan; diriku
yang membakar mimpimu dengan hati yang lain

Apa yang dilangkahkan daun di musim gugur?
Tidak ada! Kecuali kesia-siaan: menunggu
bayu-bayu asmara yang saling bertiupan
Penghapus cemburu yang paling api

Waktu tak mungkin menunggu: cinta, rindu
datang dan pergi dengan sendirimya.
Pun tak terkecuali dengan kebencian.
Lalu tak ada yang didapat dari penantian.

Kesedihan ini: kukira hanya kau titipkan
ternyata malah kau berikan. Katamu
di dalam suratmu. Kini aku tahu sekuat apapun
cinta. Waktu sanggup menghapusnya.

Demikian Dalam Suratnya, Pekanbaru, 29 Oktober 2013
Tihtian Asmoro,

Dikirim dari WordPress untuk BlackBerry.

[PUISI] RINDU [Episode 02]

Rindu, hatiku kelu; sobek — dikoyak restu.
4.591.326 milliar panah api cemburu menghujam begitu,
aku tetap tegar; dicebiri rindu. Di atas Pualam
kuletakan rasa sakitnya. Sebab cinta tahu
merawat luka — pun dengan rindu.

Rindu, berkali kucoba menujumu, aku kelelahan
di tengah jalan yang kutempuh selama tujuh juta padang bulan.
Aku ingin jalan ini kan kulalui lagi untukku pulang.
Aku takut; jalan ini kan jadi jalan kenangan
lalu dirindukan orang lain.

Percuma! Lidah mereka semakin menyempitkan jalan setapak ini
Aku tak peduli; sebab di kota yang jauh ialah masa depan
yang sewaktu-waktu akan menjadi kenangan
meski rinduku harus tak tuntas dibatasi nafas.

Rindu, tunggu aku dengan bibir merahmu, di tepian restu sekalipun.

Demikian Dalam Suratnya, Pekanbaru, 28 Oktober 2013
Tihtian Asmoro,

*)baca juga:

  • Rindu (Episode 01)
  • Rindu (Episode 03)
  • [Puisi] Siapa?

    Siapa kamu? Sepertinya aku mengenalmu
    jauh sebelum siang berupa terang
    Merah bibirmu: seribu gelas madu terbaik

    Siapa kamu? Sepertinya aku mengenalmu
    Jauh sebelum malam berupa gelap
    Sayu matamu: kesedihan untukku yang tak berhak

    Frisca. Katamu. Aku tak percaya
    kesedihanku lenyap karenamu. Tapi mungkin
    kamu telah menukar kesedihanku
    dengan kesedihan yang paling sunyi — jika aku tak bisa memilikimu.

    Demikian Dalam Suratnya, Pekanbaru, 27 Oktober 2013
    Tihtian Asmoro,

    *)baca juga:

  • Siapa? (Episode 02)